pengukuran cahaya pada saat memotret


setiap kita ingin melakukan kegiatan foto kita melupakan pengukuran cahaya pada saat kita melakukan foto. jika kita melupakan pengukuran cahaya pada melkukan foto maka kita mungkin mendapatkan hasil yang kurang memuaskan dalam mendapatkan hasil yang baik. mungkin disini saya akan memberitahu cara yang baik dalam mengatur pengukuran cahaya yang baik seperti ini.
Bracketing memang mengandung pengertian sebagai sarana bantu bagi pemotret untuk mendapatkan pencahayaan dalam pemotretan yang baik – tidak kelebihan atau kekurangan sinar. Karena itu rumusan yang perlu diingat, bahwa pengukuran cahaya dalam pemotretan yang baik itu memang sangat diperlukan sekalipun pencahayaan yang memenuhi kebutuhan adalah hal utamanya. Dan, melakukan bracketing adalah jalan keluar untuk mendapatkan pencahayaan dalam pemotretan sesuai kebutuhan.
Sesungguhnya untuk melakukan bracketing tidaklah sulit. Cukup seorang pemotret melakukan pengukuran cahaya sesuai ukuran normal yang diterima kamera lalu mengurangkan satu stop dan melebihkan satu stop dari ukuran cahaya normal dengan cara membuka atau mengubah besar diafragma dan kecepatan rananya.
Meskipun bracketing juga masih dapat dilakukan dengan cara menggunakan tombol exposure compensation dan mengubah kepekaan ISO-nya, secara umum dengan kamera digital sudah cukup dapat dilakukan dengan mengubah bukaan diafragma dan kecepatan rana kamera. Pada foto “Siluet” misalnya, sebagai standar sebuah ukuran pencahayaan dalam pemotretan sesungguhnya adalah foto yang gagal karena hanya menggambarkan subjeknya secara gelap seperti gumpalan tinta. Akan tetapi kesalahan itu dapat saja menjadi “sah” dan dianggap baik, dibenarkan serta dapat dinikmati sebagai suatu hasil foto yang berhasil dan mengandung seni bila memang penggarapannya dirancang untuk itu.
Untuk kasus subjek seperti pada foto “Siluet” tersebut, jika pemotret menghendaki hasil pemotretan yang akurat dengan menampilkan subjeknya secara jelas dan terang, maka hanya dapat dilakukan dengan membuka bukaan diafragma lebih lebar dan melambatkan kecepatan rana agar pencahayaan dalam pemotretan menjadi cukup.
Dapat juga dilakukan dengan menggunakan lampu kilat dari arah depan subjek, sejajar dengan kamera. Akan tetapi cara demikian hanya akan menghasilkan subjek foto yang tampak biasa, terang dan jelas tetapi “nyeni”.
Pada fotografi atau pemotretan yang dilakukan dengan menggunakan kamera digital, khususnya pada subjek yang berwarna putih, memang sangat diperlukan pemotretan dengan cara bracketing. Hal itu tak lain untuk menghindari hasil siluet, karena kamera digital sangat rentan dengan cahaya putih. Karena itu untuk akurasi warna serta pencahayaannya dalam menggunakan foto digital perlu sebelumnya dilakukan standardisasi warna hitam dan putih, atau lebih sering dikenal dengan white balance disingkat WB untuk mendapatkan keakuratan warna dan tentu juga pencahayaan.
Setelah standardisasi warna dilakukan maka untuk melakukan bracketing tekniknya sama seperti yang dilakukan pada pemotretan menggunakan kamera konvensional. Yaitu dengan melakukan pemotretan pada cahaya terukur normal, lalu pada cahaya terukur 1 stop di bawah normal dan cahaya terukur 1 stop di atas normal.
White Balance
White balance (WB) memang bisa tidak ada artinya bagi kamera konvensional, akan tetapi bagi kamera digital sangat penting. Karena hal itu menjadi kunci kesuksesan pemotretan terutama ditinjau dari sisi warna dan cahaya. Namun sebelum melangkah lebih lanjut berkaitan dengan white balance, perlu diketahui bahwa pengaturan WB belum tentu bisa mengoreksi semua warna yang kita kehendaki dalam pemotretan. Pada beberapa situasi spesifik, filter seperti polarizing masih tetap diperlukan dalam pemotretan digital.
Ada dua metode atau model pendekatan penggunaan WB, yaitu auto atau manual. Dengan auto bila ada kesalahan komputer kamera dalam menginterpretasi WB, apabila objek foto didominasi warna tertentu dan tidak ada warna putih sedikit pun yang dapat dijadikan refrensi oleh komputer pengolah. Misalnya pada suasana sore hari menjelang matahari terbenam, maka nuansa warnanya kemungkinan akan didominasi dengan selaput warna hangat yang bila diperlukan hasil ini bisa dikoreksi dengan menggunakan software pengolah foto di komputer.
Dengan manual, menyeleksi temperatur warna yang sesuai atau mendekati kondisi cahaya pada saat pemotretan. Karena itu diperlukan sedikit kecakapan memperkirakan berapa derajat (Kelvin) cahaya di sekitar objek yang sedang difoto untuk pengaturan manual.
WB dalam pemotretan menggunakan kamera digital berkaitan erat dengan bracketing yang merupakan suatu alternatif pemotretan untuk mendapatkan hasil pemotretan dengan pencahayaan akurat. Hal ini merupakan salah satu kunci keberhasilan dalam pemotretan akan menjadi lebih sempurna bila pemotret telah mengatur WB secara tepat.
Sekalipun dengan kamera digital pengoreksian atau alternatif pencahayaan dapat dilakukan dengan mengubahnya menggunakan komputer, seperti kita ketahui, berbagai kekurangannya sering mengakibatkan foto menjadi tidak tajam atau sisi lain yang menyebabkan tambahan waktu pengerjaannya. Maka lebih baik melakukan pemotretan dengan bracketing sehingga tak perlu mengalokasikan waktu lebih lama lagi dan mendapatkan foto dengan standar warna, mutu serta ketajaman yang baik.
Siapa pun pemotret tentu menginginkan hasil pemotretannya sesempurna mungkin. Karena kamera digital sangat rentan terhadap cahaya putih dan pemotretan yang dilakukan menentang sinar, maka dalam fotografi digital tindakan bracketing sebaiknya tetap dilakukan oleh pemotret. Tujuannya untuk kesempurnaan hasil pemotretan.
sumber

0 komentar:

Posting Komentar